Posted by: sopyanmk | 29/08/2022

AKSI NYATA DI SMP NEGERI 3 BOGOR (MODUL 3.3.a.10


  1. Facta

Ketika saya merancang program aksi nyata ada banyak permasalahan yang dihadapi dikarenakan kondisi  pembelajaran yang belum ideal yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 sehingga program yang akan dilaksanakan harus mencari momen yang tepat. Dipilihnya program Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) karena Pemerintah Kota Bogor awalnya sudah mencanangkan sekolah 100%. Selain itu hal yang menjadi pertimbangan saya adalah dua tahun lebih para murid yang masuk ke dalam pembelajaran menggunakan sistem dalam jaringan (daring) yang mengakibatkan interaksi dan keterikatan terhadap budaya disiplin menjadi longgar karena secara tidak sadar guru menjadi permisif karena keterbatasan ruang interaksi yang lebih intens.

Adalah penting mengenalkan kepada peserta didik baru sebuah budaya disiplin pada awal masuk melalui program Pengenalan Lingkungan Sekolah karena murid baru ini adalah produk lulusan yang sejak kelas empat SD terdampak COVID-19. Ketika mereka dikenalkan dengan budaya disiplin sejak dini maka murid baru ini akan memiliki acuan tentang keyakinan kelas, budaya positif, dan budaya disiplin. Pembekalan yang akan direncanakan ini adalah hal yang berbeda dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Modifikasi acara akan menjadi kunci dalam terlaksananya program PLS ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi murid sebagai target maupun guru yang menjadi penyelenggara atau sebagai panitia.

Budaya Disiplin

Mars SMP Negeri 3 Bogor

PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Aksi nyata ini saya buat ketika bertemu dengan masalah anak yang menonton pertandingan Kejuaraan Bola Basket.  Anak-anak kelas IX sangat bersemangat untuk menyaksikan pertandingan semi final. Namun dikarenakan kondisi sekolah belum stabil ditambah kebijakan PTMT masih berlaku akhirnya saya bernegosiasi dengan perwakilan suporter agar bisa menahan diri dengan menjanjikan izin menonton pada final jika menang dan perebutan juara ke 3 dan 4 jika kalah. Kompensasinya mereka harus berlatih menjadi suporter yang baik dan berkelas. Kemudaian saya meminta mereka menyiapkan yel-yel dan peralatan yang ada untuk menunjang suporter. Mereka pun akhirnya menerima dengan baik diskusi tersebut dan berlatih menjadi suporter.

Ternyata Tim Bola Basket sekolah saya kalah di semifinal sehingga acara menontonnya adalah untuk perebutan juara 3. Mereka pun berlatih dengan giat, menyiapkan drum snare, bendera, gelang-gelang, dan asesoris lain. Sehingga mereka menjadi lebih percaya diri untuk tampil menjadi suporter di pertandingan tersebut. Alhamdulillah Tim Basket meraih juara 3 dengan perpanjangan waktu karena sebelumnya skor tertinggal jauh dari tim lawan.

COACHING

Bagi saya coaching adalah salah satu pendekatan yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh murid. Belum lama ini saya melakukan proses coaching kepada salah satu murid yang kebetulan menjadi Ketua OSIS. Ketika ia menyampaikan permasalahannya tentang kesulitan dalam menyelenggarakan Class Meeting yang sudah direncanakan namun terganjal oleh perubahan kebijakan tentang pembelajaran tatap muka namun peserta didik tidak bisa hadir karena harus 50%. Saya menjadi tergugah untuk melakukan pendekatan TIRTA dengan mengajukan beberapa pertanyaan baik terkait dengan rencana kegiatan, dana, perijinan, teknis lomba maupun hadiah. 

Ketika didorong dengan pertanyaan-pertanyaan TIRTA akhirnya Ketua OSIS dan pengurus serta panitia menyadari bahwa langkah yang harus dilakukan adalah win-win solution dengan segala pengorbanan dan strategi tepat agar semua lomba dapat terealisasi dengan baik. Mereka terpicu ketika saya bertanya jenis lomba dan partisipannya. Mereka menjawab bahwa beberapa lomba itu berdasarkan gender pria dan wanita. Lalu saya bertanya opportunity apa kebijakan 50% yang dilakukan oleh sekolah? Lalu ide mereka adalah mengajukan permohonan agar kebijakan PTM 50% dengan acuan nomor absen menjadi berdasarkan jenis kelamin. 

Ketika ajuan itu disetujui maka acara “After Exam Competition 2023” dapat terealisasi dengan sempurna.

AKSI NYATA SUMBER DAYA BERBASIS ASET

Awal Tahun ajaran setelah selesai PLS adalah menyelenggarakan Kemah Blok karena sekolah kami masih menggunakan kurikulum 13 dan statusnya Merdeka Belajar. Atas dasar itulah maka penyelenggaraan ini menjadi penting. Disisi lain, kegiatan ini beresiko karena orangtua belum tentu siap dengan segenap biaya yang akan membebani mereka guna mengikuti kegiatan tersebut. Setelah melakukan diskusi panjang maka Kepala Sekolah menyodorkan ide agar penyelenggaraan Kemah Blok ini tidak meminta biaya alias gratis dengan tempat pelaksanaanya di sekolah. Adapun biaya konsumsi peserta dibebankan kepada orangtua dengan mengantarkan langsung ke sekolah sesuai dengan jam makan.

Singkat kata konsep ini dirancang ulang dan disesuaikan dengan segenap perangkat yang ada. Alhamdulillah semua peserta didik baru sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut dan semua acara terlaksana dengan sempurna. Adapun mengenai konsumsi yang harus dikirim langsung oleh orangtua ternyata berdampak baik karena orangtua mengetahui ada beberapa anak di kelasnya yang kurang mampu dengan memberikan makan gratis kepada mereka sehingga mereka tidak malu untuk makan bersama karena menunya menjadi setara dengan anak lain. Ternyata jika sekolah mampu mengelola potensi sumberdaya orangtua dengan baik maka dampaknya akan luar biasa.

  1. Feeling

Perasaan saya sangat luar biasa karena saya dapat merealisasikan pemahaman saya dari apa yang sudah dipelajari sejauh ini di pelatihan calon guru penggerak. Saya sangat bersyukur ketika semua program dan gagasan yang muncul dari pelatihan dapat terwujud dengan baik.

  1. Finding

Bahwa semuanya adalah proses yang harus dilewati dan dijalankan secara bertahap agar pemahaman dan implementasinya dapat dipahami secara mendalam.

  1. Future

Kedepan saya perlu berlatih dan terus berlatih sehingga saya dapat terus berkembang dengan baik.


Leave a comment

Categories