Posted by: sopyanmk | 09/02/2022

Pembelajaran Berdiferensiasi: Sebuah konklusi minimalis


Ada beribu pemikiran yang muncul ketika membaca modul pembelajaran berdiferensiasi, ada penolakan kuat di otak belakang saya seolah berkata itu tidak mungkin, itu melelahkan, itu merepotkan, jumlah murid saya banyak, sistem penilaian juga berbeda, dan pasti menyulitkan guru. Namun di sisi lain muncul kesadaran bahwa setiap murid adalah istimewa yang hadir di kelas dengan segenap latar belakang kemampuan akademis, budaya, dan minat/bakatnya yang harus dikelola dan optimalkan untuk mempersiapkan dirinya di masa depan.

Berikut adalah kesimpulan yang ingin saya sampaikan dengan pengelompokkan berdasarkan Tabel Frayer:

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Murid adalah subjek yang harus menjadi prioritas bukan lagi sebagai objek yang hanya manut mengikuti apa kemauan guru.

Adapun yang menjadi ciri atau karakteristiknya adalah:

  • Berpusat kepada murid, murid adalah prioritas pembelajar dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga semua potensi murid terakomodasi dengan baik.
  • Penilaian berkelanjutan, kalau sejauh ini guru hanya menilai pada aspek formatif atau sumatif saja padahal prinsip evaluasi itu tidak hanya di atas kertas saja namun dalam proses dan perubahan perilaku sehari-hari setelah selesai pembelajaran.
  • Suasana belajar yang nyaman, guru menciptakan ruang kelas dan sekolah yang ramah anak karena lingkungan yang nyaman akan berpengaruh besar dalam proses pembelajaran.
  • Meramu pembelajaran individu, kelompok, dan klasikal, pembelajaran tidak lagi bersifat monoton tetapi dinamis disesuaikan dengan materi. Tidak hanya di dalam kelas namun juga bisa di luar kelas atau di lapangan ditempat yang lebih kontekstual.
  • Mengedepankan kualitatif, setiap pribadi murid adalah istimewa sehingga mereka berhak untuk mendapatkan layanan istimewa. Bayangkan ketika guru menyeragamkan kelas, maka akan banyak murid yang terintimidasi dalamsituasi seperti itu.
  • Guru berperan sebagai fasilitator, scaffolding, dan kolaborator, guru bisa berperan beragam dalam satu pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi ketika pembelajaran berlangsung. Situasi ini tentu akan membantu murid ketika proses belajar sedang berlangsung.

Contoh Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Melakukan asesmen diagnostic di awal pembelajaran
  • Membuat klasifikasi siswa berdasarkan minat dan bakatnya
  • Merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik murid
  • Pembelajaran berorientasi kepada profil pelajar Pancasila

Bukan Contoh Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Materi dan tugas belajar sama
  • Suasana belajar yang kaku dan menegangkan
  • Prestasi diukur dengan nilai

Sebetulnya masih banyak aspek-aspek yang belum disebutkan, namun gambaran ini adalah sebuah pemahaman sederhana sebagai langkah awal dalam mempelajari modul pembelajaran berdiferensiasi.

Terimakasih

Salam sehat,

Sopyan Maolana Kosasih


Leave a comment

Categories